Powered by Blogger.

Pages

  • Home
  • Meet Winda Reds
  • Books
  • Comics
  • Movies
  • TV
  • Winda Says
  • Back to 90s

Mrs. Redsview




  • Hai, Kawans!

    Masih setia ya ngikutin Back to the 90’s battle sambil nostalgila di setiap episodenya. Bukannya susah move-on, sih. Mengingat hal-hal kecil nan manis ini membuat kita sadar, bahwa sebenarnya buat bahagia itu cukup dengan hal sederhana aja, kok!

    Seperti yang pernah saya singgung sebelumnya, anak 90-an itu adalah perpaduan cantik era “manual” dengan teknologi canggih yang baru menyapa. Berada di masa peralihan, membuat anak 90-an punya sifat kreatif, tech-savvy, tetapi masih rajin ngulik ini-itu.

    Kali ini, saya dan Asti Wisnu, bakal mengupas apa sih hobi-hobi favorit kita di masa 90-an dulu. Seperti biasa, style kita yang berbeda, akan saling melengkapi satu sama lain. Saya juga bakal kasih cerita di balik hobi saya ini. Pada tahu kan, masa kecil saya emang udah absurd dan geje, rada menyimpang dari anak cewek pada umumnya.

    Waktu kecil dulu, teman saya mayoritas cowok. Soalnya, saya punya adik laki-laki yang hanya beda umur setahun. Nah, adik saya ini kutubnya berlawanan sama saya. Dia lebih friendly, selow, pokoknya BFF material yang susah bilang ‘enggak’ sama temen. Jadilah rumah kami selalu penuh dengan anak-anak yang main dan nonton (bisa seharian kalau hari libur).

    Yep, tebakan kamu bener. Cowok-cowok kompleks memenuhi rumah saya setiap hari.

    Di sisi lain, saya bisa dibilang nyaris jadi anak ansos. Bukan emang menyendiri secara sukarela. Tapi karena saya enggak cocok temenan sama cewek dengan segala selera yang beda, mulut yang blunt parah, dan ketegasan yang setara dengan kepala hansip. Masih bersisa sih sampai sekarang hahaha, tapi udah jauh lebih mending. Saya enggak ikut nongkrong main truf atau ngopi item di pos sama bapak-bapak kok sekarang.

    Ada satu sahabat setia saya, namanya Izumi. Si blasteran Jepang-Padang ini sama freaky-nya, walaupun dia jauh lebih santun dan bersahabat sama orang lain (tipikalnya sama seperti adik saya yang susah nolak). Singkat cerita, Izumi inilah partner-in-crime sejati yang menorehkan sejarah masa kecil penuh ke-geje-an.

    Nah, begitu prolognya, jeng jeng jeng! Membuka peti kenangan, ini dia lima hobi favorit saya di era 90-an yang rasanya enggak lengkap kalo belum dilakuin.


    1. Main Tamiya

    Lupakan Barbie yang bikin saya gatel-gatel dan bergidik ngeri. Kalau ada mainan era 90-an yang saya paling cintai, mobil mini four-wheel drive (4WD) merek Tamiya pasti ada di nomor satu daftarnya. Walaupun harganya lumayan, saya beruntung bisa mengoleksi beberapa di antaranya.

    Saya tertarik pada mini 4 WD setelah menyaksikan anime yang tayang di TVRI sebelum Unyil ini : Dash! Yonkuro. Bercerita tentang sebuah kelompok yang berkompetisi mini 4 WD, siapa pun pasti ngiler untuk mengoleksi kelima mobil Dash! Ini. Ada Dash-1 Emperor milik Yonkuro, Dash-2 Burning Sun milik Tankuro, Dash-3 Shooting Star milik Shinkuro, Dash-4 Cannonball milik Punkuro, dan Dash-5 Dancing Doll milik Rinko.

    Dash! Yonkuro anime
    pic : enokifilms

    Koleksi mini 4WD tim Dash!
    bawah (kanan-kiri) : Emperor, Burning Sun
    atas (kanan-kiri) : Shooting Star, Cannonball, Dancing Doll
    pic : ebay

    Namun, meskipun bisa memiliki kelimanya, favorit saya malah jatuh ke mobil biru yang satu ini, Avante 2001. Kebetulan pula, ada komik yang membahas mobil ini, untuk menambah referensi saya mengenali si mobil kesayangan. Avante 2001 adalah sebuah mobil mini 4WD yang terkenal dengan chassis (rangka bodi) ringan. Namun, mobil ini didesain untuk dimainkan dalam trek, bukan off-road seperti mobil geng Dash.

    Manga Mini 4 Avante
    pic : tokopedia

    Avante 2001
    pic : wikia mini 4wd


    Namanya Winda yang ngeyel, nekat aja dong saya lepas Avante di jalanan aspal. Dan karena enggak punya stik offroad seperti geng Dash, saya pake aja raket bulutangkis. Pernah sekali waktu, Avante saya nyaris nyemplung ke selokan. Saya sampai lompat guling-guling nangkep. Jangan tanya luka-luka perjuangan yang saya dapatkan. Enggak ada cerita deh saya jadi anak cewek yang tangan kakinya mulus tanpa luka hahaha.

    Enggak punya stik kaya Yonkuro, gantinya raket bulutangkis!
    pic : animetosho

    Saya enggak punya keahlian kutak-katik modifikasi, apalagi sampai ikut-ikut lomba. Semata-mata saya punya hanya karena kebawa euforia anime dan komik aja. Sama seperti waktu kepincut sama dodgeball gara-gara komik Magic Ball Danpei yang sudah saya ceritain di posting tentang komik favorit.

    Untungnya sih, sekarang saya belum kesambet beliin Aryo Nara seri Tamiya ini. Walaupun udah mulai cek-cek di marketplace, nampaknya saya masih lebih kalap beli-beli buku ketimbang mobil mini 4WD.


    2. Koleksi Tazos

    Kalau ada hal yang bikin masa kecil saya kebanyakan micin, salah satunya adalah mainan unik satu ini. Namanya Tazos, kepingan bergambar yang bisa dimainkan dengan beberapa cara. Diadu, dibuat menjadi aneka bentuk, dan dikoleksi dalam map khusus. Tazos yang ada dulu, bisa didapatkan berupa hadiah tersimpan di bungkus makanan ringan, keluarganya Chiki-Jetz-Cheetos (produksi Indofood Frito-Lay).

    Tazos yang akan saya bahas adalah seri Looney Tunes yang keluar di tahun 1994. Tahu kan geng Bugs Bunny, Daffy Duck, dan kawan-kawannya? Apalagi adanya film Space Jam yang menggabungkan animasi Looney Tunes dan real human actors, salah satunya legenda NBA, Michael Jordan (yang mana pada era 90-an everybody wanted to be LIKE MIKE), membuat Tazos seri Looney Tunes ini most wanted items di mana-mana.

    tazos looney tunes
    pic : cartoonpicsnet

    album buat simpen koleksi tazos
    pic : bukalapak

    Pokoknya, Tazos ini udah semacam “koin harta karun” yang rela didapat, ditukar, dan dipertahankan dengan segenap jiwa raga (oke, kalo yang ini penjelasan lebay hahaha).

    Belakangan, Tazos pun berubah bentuk. Tak lagi kepingan bulat, namun jadi bersegi banyak. Beberapa animasi lain pun muncul menjadi seri-seri selanjutnya, seperti Pokemon dan Angry Birds. Namun, bagi anak 90-an, Tazos Looney Tunes masih jadi yang terdepan dalam ingatan.

    Pantesan ya, saya dulu langganan banget kena radang tenggorokan. Gimana enggak, saya bolak-balik jajan demi ngumpulin Tazos dan tiap ikut belanja ke supermarket, pasti comotin Chiki dkk ini dari rak.


    3. Surat-menyurat (sama pemenang kuis)

    Sepertinya, bakat menulis saya terasah karena dua hobi : membaca dan menulis surat. Keduanya dulu saya jalankan sama rutinnya sehingga menjadi semacam kebiasaan. Kebetulan, orang tua mendukung hobi positif saya ini. Mereka menyuplai saya dengan berbagai kertas surat. Ini adalah daftar belanja rutin saya setiap minggu di toko buku.

    koleksi kertas surat semacam ini adalah daftar belanja wajib di toko buku
    pic : rahmiazizacom

    Surat-surat ini saya kirimkan kepada orang-orang yang namanya tercantum di majalah (biasanya majalah Bobo) sebagai pemenang kuis. Pernah juga saya merasakan jadi pemenang kuis. Benar saja, langsung saya ikut kebanjiran surat. Saya menyukai sensasi yang dirasakan, ketika bisa berkenalan dengan berbagai orang baru. Sayangnya, karena saya bukan orang yang apik, surat-surat ini hilang saat saya pindah rumah.

    Tetapi, ada sih surat-surat aneh yang ikut masuk. Pertama, surat yang mirip arisan berantai. Kalau enggak diteruskan, katanya bakal ada azab yang menimpa. Terus dijabarin orang-orang bernasib sial yang mengabaikan peringatan itu. Semuanya luka, cacat, atau meninggal mengenaskan (ada satu yang saya ingat banget, katanya mati dimakan buaya, hadeuh!)

    Kedua, pernah pula saya menerima semacam surat cinta. Wah gila, isinya rayuan gombal yang sontak bikin saya enek. Wong saya masih kelas 5 SD, dapat surat begitu, rasanya pengin muntah aja (dan tanyakan kenapa sampai sekarang saya enggak romantis hahaha).

    Selain surat, kadang saya suka pakai media kartu pos. Memang sih, seringnya kartu pos ini dipakai untuk mengirimkan jawaban kuis. Tetapi, kalo untuk pesan-pesan singkat dan enggak pribadi, saya cuek aja pakai kartu pos. Prangko pengirimannya pun biasanya lebih murah (solusi saat duit cekak).

    kartu pos buat ngirim surat metode irit
    pic : tribun news


    Yang pasti, menulis surat membuat saya luwes berbahasa. Termasuk salah satunya ketularan bikin pantun alay era 90-an. Seperti pantun terkenal : empat kali empat sama dengan enam belas, sempat tidak sempat harus dibalas.

    pantun legend buat penutup surat
    pic : club iyaa



    4. Making prank calls

    Penggemar kartun The Simpsons tentu tahu salah satu hobi Bart Simpson, si bengal, yang satu ini. Bart suka sekali melakukan telepon iseng (prank calls) ke bar Moe, tempat ayahnya, Homer Simpsons sering nongkrong. Nah, kalau Bart suka nelepon nanyain pengunjung dengan nama aneh-aneh, saya dan Izumi lebih canggih lagi urusan prank calls.

    prank calls ala bart simpson
    pic : funnyjunk

    Kami berdua saking senengnya sama Telekuis Jari-jari dan kuis di radio, mulai bikin prank calls edisi kuis. Awalnya sih, kita asal pencet nomor aja, terus kasih tebakan garing ala buku AsBak (Asal Tebak) ke seseorang di seberang sana. Lama-lama bosen dengan metode begitu-begitu aja, mulai deh otak kreatif kita jalan.

    telekuis jari-jari yang nomor teleponnya hafal di luar kepala
    pic : kaskus

    Pertama, kita berburu “mangsa” di buku telepon (white pages). Istilahnya, kita enggak cari random target. Terencana sampai ke titik terakhir. Kedua, telepon rumah saya letaknya berdekatan dengan stereo set besar. Biar seakan ditelepon radio beneran, kita setel musik sebagai latar. Nanti siapa yang telepon berlagak jadi penyiar dan siapa yang jadi operator lagu, saling gantian aja deh kita berdua.

    Ketiga, aksi iseng dilengkapi dengan gaya ala penyiar. Yang mintain password, kasih pertanyaan (tetap tebakan garing), sampai ngejanjiin hadiah menarik. Herannya, banyak yang mau aja dikadalin. Dikirain saya dan Izumi beneran dari Radio Cendrawasih 123,4 FM (yang mana tahu dong frekuensi FM mentok di 108,0).

    I know, what we did is not a good thing. Nevertheless, the creativity that we had back then kinda awesome for 9-years-old girl. Sableng to the max!

    Palingan sih dulu saya rajin diomelin karena bikin tagihan telepon membengkak saking seringnya praktik radio jadi-jadian ini hahaha!


    5. Catetin lirik lagu

    Nyanyiin lagu yang kita suka, suara bagus atau enggak itu soal belakangan, siapa yang seneng begini? Saya termasuk di antaranya, dong! Apalagi untuk lagu berbahasa asing, ini bisa jadi salah satu cara buat belajar juga. Waktu era 90-an, cari lirik lagu enggak segampang sekarang yang tinggal googling aja. Dulu, kalo enggak cari di kaset atau CD, kita harus going for extra miles buat dapetin lirik yang bener.

    Beberapa cara ini saya pernah tempuh. Pertama, rekam lagu di kaset kosong, terus ngandelin kuping dan kemampuan bahasa buat nulisin lirik. Kadang berhasil, seringnya gagal hahaha. Apalagi yang vokalisnya nyanyi macem kumur-kumur atau ngerap cepet banget, modar aing!

    Kedua, saya pantengin acara catat lirik lagu di radio. Dulu, ada acara semacam ini di Radio Sonora Jakarta. Si penyiar akan membacakan lirik dan terjemahin liriknya sekalian. Lagi-lagi, kadang cara si penyiar pronounce, enggak sampe ke otak saya. Berakhirlah dengan saya nebak-nebak kira-kira apa kata yang dimaksud, berbekal kamus Inggris-Indonesia dan Merriam Webster.

    Ketiga, carilah majalah yang memuat lirik-lirik lagu. Terutama lagu-lagu hits yang kita belum punya lagunya. Untuk majalah favorit, ada dua yang menurut saya, memuat lirik yang oke, yaitu Hai dan Music Book Selection (MBS). Plus, ada kunci gitarnya juga, yang biasanya jadi sasaran para gitaris pemula. 

    majalah HAI wajib baca buat remaja 90s
    pic : breaktime


    Music Book Selection (MBS) yang isinya lirik lagu dan kunci gitarnya
    pic : Gundallas Gallery on Instagram

    Majalah MBS junjungan lirik dan kunci gitar
    pic : Gundallas Gallery on Instagram

    Saya pun menyingkirkan usaha nyokap yang berinisiatif langganan majalah Gadis, dengan mengganti ke Hai (dan tabloid Bola). Maaf ya, Mah. Anakmu enggak cocok dengan hal-hal terlalu kecewekan itu hehehe. Khusus untuk MBS, saya menabung uang saku untuk membeli, karena harganya lumayan mahal.

    Nanti lirik-lirik lagu ini saya tulis ke dalam buku khusus. Begitu sudah kenal PC dan Windows, saya catat ke dalam MS Word. Waktu SMA, saya senang menuliskan lirik lagu ini di organizer milik salah satu sahabat. Nampaknya, ia juga masih ingat kegemaran saya yang satu ini. Karena, lagu-lagu yang saya tulis akhirnya jadi bahan karaoke dadakan di kelas saat lagi suntuk belajar.


    Sebagaimana unfaedah dan recehnya hobi di masa kinyis dulu, saya sangat bersyukur. Kegemaran-kegemaran sepele dan ada yang enggak beres ini ternyata bisa menjadikan saya orang yang bisa menemukan kebahagiaan dengan mudah. Karena memang seharusnya memang begitu, happiness is only one smile away.

    Asti udah bocorin juga lima hobi kesukaannya, enggak kalah serunya dari punya saya!

    Kalau kamu? Apa hobi ala 90’s yang paling memorable buat kamu? Share di kolom Komentar, yuks!





    Continue Reading



    Heyhoy, Kawans!

    Selamat menunaikan ibadah puasa Ramadan, ya! Semoga segala amal ibadah kita di bulan suci ini dimudahkan, dilancarkan, dan mendatangkan banyak berkah, aamiin!

    Back to the 90’s Battle edisi kali ini akan membawa kita mengingat masa-masa nista, namun penuh cinta. Yak, masa sekolah, masa jadi anak berseragam, yang penuh harapan, cita-cita, dan tingkah yang bikin orang tua mengurut dada.

    Saya sendiri mengalami tiga masa sekolah di sepanjang era 90-an. Masa SD di tahun 1989 sampai 1995, masa SMP 1995 sampai 1998, dan sisanya di masa SMA. Jadi, lengkap ya saya merangkum era favorit ini dalam tiga masa pendidikan yang berarti daftar aibnya juga makin panjang hahaha!

    Saya pun mengalami berada di dua habitat berbeda waktu sekolah. TK dan SD saya adalah sebuah sekolah swasta kecil di pinggiran Jakarta Timur. Saya biasa pulang pergi berjalan kaki, melewati daerah slum, alias kampung. Kadang-kadang kalau sedang kumat geje-nya, saya memilih rute memutar untuk pulang dengan menyeberangi kebun timun, demi mencicipi petualangan.

    Selepas SD, saya masuk di SMP lalu lanjut SMA dari sebuah sekolah swasta bergengsi di wilayah Jakarta Timur. Di sini mayoritas siswa berasal dari keluarga menengah ke atas, atau dalam bahasa 90-an : borju. Namun, saya masih tetap si culun dengan tingkah dan pikiran absurd selama ada di kalangan para angsa putih ini. I found some confidantes, best buddies, even though had several teenage nightmares during my school years.

    Dalam perjalanan sebelas tahun masa sekolah itu (I luckily gained a wild card to finish high school one year earlier), saya punya banyak kenangan yang saking berkesannya, mau banget kalau disuruh ulang lagi. Apalagi sempat mencicipi profesi guru selama lima tahun, saya sering membandingkan anak sekolah jaman now dengan masa cimit dulu.

    Pasti setuju kalau anak 90’s itu adalah perpaduan generasi old yang serba manual, mandiri, dan banyak akal dengan generasi kenal teknologi digital yang kekinian. Inilah yang membuat generasi 90-an lebih fleksibel dan punya segudang ide kreatif dalam merespons sesuatu.

    Tanpa banyak ngoceh dan bikin kamu ngantuk, ini dia cuplikan masa sekolah di era 90-an yang masih terus melekat dalam ingatan.


    THE LOOKS
    Siapa sih yang enggak pengin kelihatan kece, walaupun masih ingusan dan duduk di bangku sekolah? Tak peduli tampang pas-pasan, sebisa mungkin gaya pol-polan demi eksistensi dan reputasi mengilap di depan teman dan gebetan.

    Rambut
    Meniru gaya idola tentu sudah ada di benak siapa pun, termasuk para anak sekolah.Salah satu gaya seleb favorit yang langsung dibikin kembar adalah gaya rambut. Biasanya, gaya rambut ini baru mulai jadi kesadaran mode setelah kita memasuki masa remaja.
    Waktu SD sih, gaya rambut standar aja ya. Yang anak cewek dikuncir kuda atau dikepang. Aksesorisnya yang imut-imut, bisa jepit (pakai ornamen kupu-kupu yang paling laku), bando, bandana (demi mirip Anna dari telenovela Amigos), karet rambut warna-warni, atau pita. Yang anak cowok pun cepak standar. Maklum, potong rambut pun masih di salon kompleks atau lapak cukur Asgar (Asli Garut).
    ana pakai bandananya - amigos x siempre
    pic from kapanlagi.com

    Satu hal yang sangat ditakuti di masa SD ini adalah kalau ada teman kita yang kutuan! Kampretnya, saya pernah ketularan kutu dari seorang teman sekelas waktu kelas 4 SD. Peditox dan sisir serit pun jadi penyelamat (sekarang ada paketannya di lapak e-commerce!). Sayang, hati saya keburu dongkol dan menyumpahi teman yang sudah mengirimkan kelaknatan ini dalam masa kecil indah saya.

    laskar pencari kutu
    pic : meme comic indonesia on twitter


    Memasuki masa SMP dan SMA, ada beberapa gaya rambut yang populer banget. Di kalangan cowok, demam boyband menjadikan gaya bel-teng alias belah tengah pun bertebaran ke seantero sekolah. Walaupun siap-siap aja, kepanjangan dikit langsung jadi sasaran gunting guru BP hahaha. Buat  yang ngaku anak brit, rambutnya dibikin poni ke depan mirip Liam dan Noel Gallagher dari Oasis.

    gaya rambut belah tengah
    pic : selipan.com
    (makhluk gaib di kiri atas abaikan ya hahaha)

    liam and noel gallagher from oasis
    pic : junkee.com
    Sedangkan anak cewek, kamu tinggal pilih, mau gaya feminin atau tomboy? Gaya feminin diwakili oleh model shaggy Jennifer Aniston, si Rachel dari serial Friends. Kubu satu lagi, pasukan rambut pendek, pentolannya Demi Moore dengan gaya pixie-like dari perannya di film Ghost. Dari seleb lokal, ada Nike Ardilla, yang potongan rambut bob-nya sempat digandrungi juga. Mau ekstrem? Babat cepak rambutmu, meniru Sinead O’Connor dan Dolores O’Riordan-nya The Cranberries!

    jennifer aniston - friends
    pic : yahoo
    demi moore - ghost
    pic : weheartit.com

    (almh.) nike ardilla
    pic : wowkeren.com


    (almh.) dolores o'riordan - the cranberries
    pic : youtube


    Sepatu
    Ini dia yang suka bikin keki. Banyak sepatu bermodel dan berwarna-warni di pasaran. Tapi, untuk sekolah, sepatu warna hitam dan kaus kaki putih itu hukumnya wajib buat dipakai. Terpaksalah sepatu LA Gear dengan lampu nyala-nyala kebanggaan disimpan dulu dan hanya dikenakan kalau ada acara. Untunglah, saya hanya mengalami ini waktu SD karena SMP dan SMA saya tidak mewajibkan ketentuan ini. Jadilah saya bebas menentukan warna sepatu dan kaus kaki di masa remaja.
    sepatu la gear yang nyala-nyala
    pic : yukepo.com

    Untuk anak sekolah negeri, biasanya sepatu sudah disediakan oleh sekolah. Modelnya? Ya ala-ala sepatu Warrior gitu yang dipakai Dilan. Sebelnya, kalau pertumbuhan kita terlalu heboh, siap-siap saja enggak kebagian ukuran. Ini yang dialami oleh adik saya yang kakinya waktu SMP saja sudah 44! Sementara di sekolah hanya menyediakan sampai nomor 42. Jadilah dia mencari sepatu hitam sendiri yang tetap pakai syarat, harus hitam dan model sederhana.

    sepatu warrior
    pic : lifestyle.okezone.com
    Waktu SMP, merek skatewear dan surfwear naik daun jadi pilihan para abege. Sepatu Converse, Airwalk, dan DC masuk ke daftar wajib punya. Warna-warnanya pun balik ke basic color yang enggak jreng, karena penginnya kita kelihatan rebellious. Untuk yang demen warna-warni dan high class, cewek-cewek ada yang melirik Esprit dan United Colors of Benetton (meskipun ini jelas bukan selera saya).

    90's skate shoes
    pic : quartersnacks.com

    Surut dari era ini, masuklah ke era sneakers dengan merek ternama, terutama Nike, diikuti Adidas dan Reebok. Apalagi di masa SMA, banyak yang tergila-gila oleh olahraga, seperti sepakbola dan basket. Khusus anak cewek, kaus kaki panjang pun wajib jadi pelengkap. Gayanya mirip geng AADC di film pertama gitu, Kawans!

    gaya anak sma akhir 90-an mirip geng AADC1
    pic : malesbanget.com


    THE TOOLS
    Tanpa amunisi perang ini, mana bisa kita menjalani hari-hari melelahkan di sekolah dengan lancar? Seperangkat alat tulis adalah barang yang wajib siap di dalam tas sekolah. Tak jarang juga mereka kita harapkan jadi kado di hari ulang tahun. Apa saja ya?


    Penghapus
    Ada dua macam penghapus yang paling saya ingat. Pertama, penghapus abjad. Bentuknya bujur sangkar, dengan warna putih pada badan dan ujungnya berwarna hijau. Disebut penghapus “abjad” oleh saya, karena di bagian depan penghapus, biasanya tercetak ada satu huruf dan contoh benda berawalan huruf tersebut, mirip di buku belajar abjad. Penghapus yang cuma menang wangi doang ini sebenarnya kurang berfungsi karena kalau dipakai menghapus, malah bikin kertas tambah kotor.

    aneka penghapus atau setip 90-an
    pic : generasi90an on twitter

    Namun, tidak ada yang seepik penghapus yang kedua, penghapus pulpen. Seharusnya sih, penghapus ini berguna untuk menghapus tinta pulpen. Namun, apa yang terjadi? Saat kita berusaha menghapus, yang hilang malah kertasnya, alias bikin kertas bolong! Makanya, penghapus ini saya nobatkan sebagai alat tulis paling enggak berguna! Syukurlah ada tip-ex yang lebih bermanfaat untuk mengoreksi tulisan yang salah.


    Pensil dan pulpen
    Pensil dan pulpen adalah nyawa kita di sekolah. Tanpa mereka, palingan kita bengong macam sapi ompong di kelas. Pensil standar yang biasa dipakai adalah si belang merah-hitam dengan penghapus tempelan (yang baru dipakai hapus, udah pocel dan hilang, serta kertas jadi hitam). Kalau ada duit lebih, bisa bergaya pakai si biru Staedler atau si hijau Faber-Castell.
    Buat anak cewek SD, pasti doyannya pensil warna-warni yang terdiri dari beberapa isi mirip peluru. Kalau sudah tumpul, si peluru ini dicabut dan dimasukkan ke bagian belakang.

    pensil anak cewek 90s
    pic : kincir.com
    Untuk pulpen, merek Pilot masih jadi legenda. Meskipun begitu jatuh, pulpen ini biasanya langsung bocor atau enggak nyata lagi tintanya. Untuk yang setipe, ada merek Zebra. Sebelnya, saking pasaran semua anak pakai pulpen ini, sering banget ketuker. Satu pulpen bisa bertahan sehari itu udah prestasi, Cuy!

    pulpen pilot yang melegenda
    pic : idn times

    Jangan lupakan juga, isu pulpen wangi narkoba yang bikin ortu kita ketar-ketir.

    isu pulpen wangi bonus narkoba
    pic : generasi90an
    Yang borju, biasanya bergaya dengan pakai pena ala arsitek dan desainer, biasa kita sebut Rotring. Ciri tulisan pena ini adalah tulisan yang tipis dan lebih rapi. Harganya mahal, kudu diisi ulang dengan tinta. Ujung runcingnya bisa bikin hubungan pertemanan ikut meruncing kalau kamu enggak sengaja jatuhin sampai si jarum ujungnya bengkok.

    rotring dan tinta isi ulangnya
    pic : pricearea

    Tempat pensil
    Saya ingat betul, tempat pensil adalah benda yang paling memenuhi tas waktu SD dulu. Gimana enggak, dengan isi yang hanya sedikit, saya bawa tempat pensil gede dan berat. Model tempat pensil ini adalah tipe banyak kompartemen. Di dua sisi bisa dibuka, terus ada laci-laci kecil pula, lengkap dengan rautan yang sudah terpatri di dalam.

    tempat pensil nan ribet
    pic : idn times

    Biasanya kalau anak cowok, si tempat pensil ini bisa berubah bentuk jadi robot. Sudah dipastikan tempat pensil ini berubah fungsi jadi mainan, ketimbang manfaat aslinya.


    Penggaris
    Tidak hanya untuk membuat garis selurus mungkin, penggaris menyimpan fungsi lain bagi saya masa sekolah dulu. Satu, saya terbantu menghafal perkalian lewat penggaris. Kok bisa? Ya, ada penggaris yang memiliki tabel perkalian di baliknya. Penggaris ini pula yang kemudian sering disita saat ulangan matematika demi menghindari kecurangan.

    penggaris perkalian
    pic : karya babah antik
    Dua, penggaris yang punya bolongan motif bunga-bunga. Penggaris ini sering saya pakai untuk membuat motif-motif doodling.

    penggaris pola kembang
    pic : elevenia
    Tiga, penggaris yang bisa dijadiin gelang, bikin tangan jadi merah-merah! Sumpah, ini penemuan brilian sih menurut saya!

    Penggaris gelang
    pic : generasi 90an via twitter


    Buku tulis dan gambar
    Sinar Dunia dan Kiky adalah dua merek buku tulis yang sejak dulu jadi favorit para anak sekolah. Meskipun harganya cukup tinggi, namun kertas dari buku tulis merek ini kualitasnya jempolan, alias enggak gampang tembus.
    Untuk buku gambar, pasti inget deh sama merek AA. Sampulnya khas, si emoji bulat kuning yang berekspresi senyum.

    buku gambar AA dengan ikon emoji terkenalnya
    pic : omjoni.com
    Anak-anak yang mau selangkah di depan, memilih punya binder sebagai buku catatan. Ala-ala anak kuliah gitu, deh! Tapi tentu saja ada motif terselubungnya. Apalagi kalau bukan koleksi dan tukar-menukar kertas binder yang motifnya lucu-lucu, yang khusus disimpan saja bukan untuk ditulisi.

    siapa yang dulu koleksi kertas binder?
    pic : idn times


    THE FOOLISH ACTS THAT (WE THOUGHT) WERE SO COOL
    Apalah arti jadi anak sekolah kalau isinya duduk manis, tangan terlipat di meja, ekspresi lurus kosong macam robot? Saya memang bukan trouble maker amat sih masa sekolah dulu. Ada saatnya saya memerhatikan guru. Namun, banyak kesempatan juga saya jadi anak iseng dan kadang berantem-beranteman di kelas. Ini dia beberapa daftar dosa yang saya temui masa sekolah dulu.


    Cela-celaan pakai nama orang tua
    Udah tahu sih ini sangat enggak sopan dan dosa. Tapi, kok ya nagih buat dilakuin? Dari masa saya SD, SMP, lalu SMA, cela-celaan pakai nama orang tua ini semacam eksis terus. Mau di sekolah pinggiran ataupun elit, kelakuan minus ini sudah mendarah daging di dalam kelas. Sebisa mungkin, kalau baru masuk, nama orang tua dikekepin sebagai rahasia. Walaupun begitu kamu enggak masuk sekolah dan nama ortu tercantum di surat izin, atau ada yang iseng intipin buku raport, hidup damai otomatis kelar!

    nah lho, hati-hati salah manggil!
    pic : 1cak


    Anak cowok ngintipin rok anak cewek
    Ingat rautan bulat warna-warni dengan kaca di bagian depannya? Saya sampai sekarang enggak habis pikir. Buat apa ya menaruh cermin pada alat tulis yang jelas enggak butuh juga fitur itu. Apakah si pembuat berpikir buat ngacain pensil sebelum dan sesudah diserut macam acara makeover edisi pensil?

    etdah, minta disleding nih anak-anak cowok!
    pic : andumhumor.com

    Si kaca yang geje ini akhirnya dipakai oleh anak-anak cowok mesum buat ditaruh di sepatu. Nah, mulai deh mereka bergerilya, ngintipin celana dalam anak-anak cewek berbekal si kaca di ujung sepatu itu. Nyebelin kan? (Eh kamu yang ketawa baca ini, ngaku deh dulu pernah jadi pengintip!)
    Saya dulu jadi sering dengan tega nginjekin sepatu anak-anak cowok iseng ini. Abis sebel aja, mereka pun suka enggak modal dan congkelin rautan-rautan orang. Lengkap sudah masuk daftar sledingan saya zaman dulu.


    Perang kapur
    Mayoritas sekolah di era 90-an masih memakai blackboard dan kapur tulis sebagai sarana pengajaran. Buat para murid kurang kerjaan kreatif, tentu saja ini jadi lahan keisengan baru. Pertama, kapur-kapur yang udah pendek, sering dikumpulin. Terus, jadiin peluru deh dilempar-lempar atau dicoretin ke celana dan rok teman sekelas.

    bedakan instan
    pic : cakmol.top

    Kedua, penghapus papan tulis yang penuh bubuk kapur, malah dijadiin “bedak dadakan”. Templokin ke pipi, jadi deh muka badut instan!


    Bikin kode rahasia
    Temen yang comel dan ember pastilah jadi orang yang paling dihindarin di kelas. Gimana caranya supaya enggak ketahuan saat ngobrol? Bikinlah kode rahasia. Ada yang pakai bahasa “gagagugu” alias menyelipkan huruf “g” pada kata-kata yang kita hendak sampaikan. Ada yang pakai “asahab kilab” yang membalikkan kata, eja dari belakang ke depan.

    coba apa artinya?
    pic : kaskus
    Mau yang lebih canggih? Tulislah dengan menggunakan kalkulator yang layarnya dibalik. Semoga aja si mulut bocor itu enggak ngerti semua persandian yang lagi kamu gunakan.


    sandi kalkulator
    pic : id.wikihow


    WHEN TEACHERS BEING FREAKY
    School means fun and everything’s cool, until teachers showed up. Hayo, siapa yang dulu berpikir begini? Terasa banget sih, guru-guru di era 90-an yang lebih oldschool, setelannya “kenceng” melulu sama murid. Sampai tindakan-tindakan ini bikin banyak murid keselnya tersisa sampai sekarang.


    Pemeriksaan kuku
    Tiap hari Senin, selain upacara bendera, hal satu ini yang bikin murid panas dingin. Kuku-kuku diperiksa satu-satu. Yang panjang, apalagi item-item, langsung dapat “hadiah”. Geplakan mesra dari penggaris kayu, lumayan bikin cenat-cenut tangan dan hati. Sambil ngomel dalam diam, langsung nyesel kenapa tiap hari Minggu keasyikan nonton TV sampai lupa potong kuku.

    pic : jogja tribunnews

    Siapa pulang duluan?
    Di akhir jam sekolah, padahal perut udah laper, mata sepet ngantuk, guru malah bikin jam pulang makin lama. Biasanya, yang dibolehin pulang duluan adalah di antara dua ini : yang duduknya paling rapi atau bisa jawab pertanyaan dari guru. Duduk senewen atau bengong gara-gara pas tadi diterangin kita enggak merhatiin? Selamat menjadi si kuncen kelas, pulang belakangan!

    pic : brilio

    Hukuman bikin pegel dan sebel
    Siapa yang selalu teringat adegan awal serial kartun The Simpsons? Bart selalu melakukan hukuman yang sangat populer di era 90-an. Menulis sepanjang jalan kenangan tentang pelanggaran atau kenakalan yang telah kita lakukan. Di Indonesia sih, biasanya guru enggak nyuruh lakuin itu di papan tulis, tetapi pindah ke kertas folio bolak-balik.



    pic : bart's blackboard
    Apakah murid mengerti dan jadi kapok? Yang ada sih tangan pegel, hati sebel, dan besoknya ngulangin lagi hahaha!
    Selain itu, hukuman berdiri satu kaki sambil pegang kuping dan dijemur sambil hormat tiang bendera juga jadi favorit para guru.

    pic : vebma

    Kenapa ya? Biar kita jadi seleb sekolah dan diolok-olok satu alam semesta? Yang pasti, siap-siap aja muka belang dan terbakar matahari. Anggap aja latihan sunbathing sebelum kesampaian begitu di Bali.


    Gile, saya meracau udah nembus dua ribu kata aja! Padahal, masih banyak hal-hal lain yang dulu terjadi di masa sekolah era 90-an kita, ya!

    Asti juga udah bongkar kenangan sekolah 90-an versinya, di posting blog satu ini, lho!

    Gimana kalau kamu ikutan share, apa kenangan masa sekolah di era 90-an yang bikin kamu masih teringat terus sampai sekarang? Tulis di kolom Komentar, ya!


    Continue Reading
    Newer
    Stories
    Older
    Stories

    Who's Winda?

    My photo
    winda reds
    silly geeky newbie writer | a big fan of the 90's | can't resist cute cats, British accents and guys with geeky glasses
    View my complete profile

    Back to the 90's Battle

    Back to the 90's Battle
    Karena era 90-an terlalu manis untuk dilupakan

    Medsos Mamah Merah

    • facebook
    • instagram
    • twitter
    • linkedin
    • wattpad
    • storial

    Labels

    90sbattle backto90s books comics fiction movies music non fiction TV webtoon winda says

    Blog Archive

    • April 2020 (1)
    • September 2018 (2)
    • August 2018 (2)
    • July 2018 (3)
    • June 2018 (3)
    • May 2018 (3)
    • April 2018 (5)
    • March 2018 (4)
    • February 2018 (5)

    Popular Posts

    • Tujuh Komik Jepang Ini Bikin Masa Kecil Saya Jadi Super Bahagia!
    • Jajanan Serba Cokelat yang Digemari Generasi 90-an, yang Mana Kesukaanmu?

    Most Popular

    • Tujuh Komik Jepang Ini Bikin Masa Kecil Saya Jadi Super Bahagia!
    • Jajanan Serba Cokelat yang Digemari Generasi 90-an, yang Mana Kesukaanmu?

    Created with by BeautyTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates

    Back to top