Powered by Blogger.

Pages

  • Home
  • Meet Winda Reds
  • Books
  • Comics
  • Movies
  • TV
  • Winda Says
  • Back to 90s

Mrs. Redsview




  • Halo, Kawans!

    Kembali lagi menulis, kali ini saya akan mengulas sebuah buku, tetapi EHM, posting ini sekaligus nyelipin misi lain. MISI BANG, MISI OM, MISI TEH, MAU KENALIN BUKU ANTOLOGI SAYA *garing mode on*

    Oke, kita mulai dulu dengan basa-basi data buku. Lesgo kemon, Beibeh!

    -----

    Judul Buku : Flashes of Life – 99 Cerita Hidup dan Kematian
    Genre : flash fiction, kumpulan cerita
    Penulis : Carolina Ratri, Winda Reds, Aimee KK, dkk.
    Penerbit : Stiletto Indie Book, Yogyakarta
    Tahun terbit : 2018
    Jumlah halaman : 229 halaman
    ISBN : 978-602-336-701-6

    -----

    BLURB

    Setiap manusia akan melewati berbagai tahapan dalam hidupnya; lahir menjadi anak-anak dan tumbuh menjadi remaja. Saat ia mencari cinta, saat ia menemukan cinta, saat akhirnya ia melabuhkan cinta.

    Kemudian ia akan melanjutkan hidupnya lagi saat sudah hidup bersama orang-orang yang dicintainya, bagaimana ia harus menjalin hubungan dengan manusia lainnya. Dan, saat ia menjelang akhir perjalanannya, hingga akhirnya, semua benar-benar berakhir. Berakhir, dan manusia itu pulang. Pada-Nya yang telah memberikan hidup.

    Inilah kisah-kisah mereka.

    -----

    ABOUT THE BOOK





    Flashes of Life merangkum sembilan tahapan kehidupan sebagai bab-bab penceritaan, yaitu :

    1. Anak dan remaja
    2. Jomlo
    3. Jatuh cinta
    4. Menikah
    5. Keluarga
    6. Profesi
    7. Ulang Tahun Perkawinan
    8. Kakek Nenek
    9. Kematian

    Tiap bab memuat sebelas cerita, jadi total ada sekutu alias Seratus Kurang Satu hehehe, sembilan puluh sembilan cerita dalam satu buku! Jumlah kata per cerita tidak lebih dari tiga ratus, jadi cocok banget buat snack reading.

    Buat yang belum tahu, apa itu flash fiction, cek dulu deh penjelasan Carolina Ratri alias Mak Carra, sang pemimpin proyek menulis ini di blog-nya.

    Baca dulu : FlashFiction - Salah Satu Cara Latihan Menulis Efektif Dan Kreatif


    Buku Flashes of Life juga menyisipkan bonus sembilan tips menulis flash fiction, siapa tahu kamu mau coba ikut praktik menulis flash fiction selesai membaca buku ini.

    Apa keistimewaan dari buku Flashes of Life lainnya?

    Tiga puluh penulis berkontribusi dalam buku ini, semuanya wanita! Tapi, bukan berarti ceritanya penuh kelembutan dan mendayu-dayu. Berbagai genre disajikan, mulai dari romansa, drama, komedi, bahkan thriller dan horor! Ini dia wajah-wajah pejuang pena di balik buku Flashes of Life.



    Naskah-naskah yang masuk sudah melewati seleksi dan suntingan dari sang master flash fiction, Mak Carra. Saya sendiri mendapat kehormatan jadi asisten proyek menulis ini, setelah saya berhasil memenangkan kontes flash fiction #PestaFiksi07 tema romansa yang diadakan oleh Mak Carra di blog-nya. Cerita “Magenta dan Kelabu” yang saya tulis berhasil unggul waktu itu.

    Baca di sini : Magenta dan Kelabu


    Mak Carra pun menggandeng saya ikutan proyek menulis keren ini dan ikut membantu proses pengumpulan naskah, promosi, serta banyak printilan lain. Saya bersyukur banget karena banyak belajar tentang menerbitkan buku indie lewat proyek Flashes of Life ini.

    Total, saya menempatkan sebelas cerita dalam buku Flashes of Life dan tersebar di semua bab yang ada. Ini beberapa kutipan cerita yang ada, saya menulis beberapa genre mulai dari romansa, drama, komedi, dan thriller. Untuk genre horor, saya masih belum berani, di sini anaknya cemen bet deh ah!





    Buku ini jadi penanda keberanian saya untuk mempublikasikan karya dengan lebih masif. Memang, waktu menulis naskah-naskah ini tahun lalu, saya belum mengikuti kelas menulis apa pun. Namun, saya merasakan waktu membuat cerita-cerita ini, ada kebebasan berekspresi tersendiri, meskipun dari segi teknis masih perlu polesan (jujur banget sih saya yaaa hahaha!).

    Kalau ditanya, cerita mana jagoan saya? Saya tentu saja bakal merekomendasikan cerita-ceritanya Mak Carra, dengan level mastah yang jauh di atas! Mak Carra ini bisa banget bikin cerita dengan dialog mengalir dan puntiran (twist) nendang! Sampai ternganga bacanya, apalagi idenya pun sering tak biasa.

    Penulis lain yang juga bikin saya terkagum-kagum adalah Marina Yudhitia dan Nani Nurhasanah. Marina tergolong penulis dengan teknik yang rapi. Enggak heran sih, soalnya Mayin ini emang jebolan kelas cerpen dari Kompas, ciamik lah! Kalau Mbak Nani, saya suka dengan kesederhanaan ide cerita yang bisa ia kemas apik, menarik, dan tidak klise. Menyenangkan banget, ibarat menyantap masakan Ibunda yang tidak “wah”, tetapi membekas kuat dalam ingatan.

    Cover dan layout buku ini dikerjakan sendiri oleh Mak Carra. Saya senang sekali dengan ilustrasi khasnya dan pemilihan warna hijau pada sampul yang begitu segar. Buku ini jadinya catchy dan ketika dibuka dalamnya pun menyenangkan bagi mata yang membacanya.



    Overall, Flashes of Life menyampaikan banyak sekali pesan kehidupan. Ada sisi-sisi gelap yang sering kita abaikan dan tutup mata ketika menemuinya. Selesai menutup buku ini, semoga kamu bisa berpikir lebih dalam bagaimana memaknai hidup dan membuatnya lebih bermanfaat, bukan hanya sebagai perjalanan ala kadarnya belaka.

    Khusus ulasan hari ini, saya tidak akan memberikan skor penilaian. Sebagai gantinya, saya akan memberitahukan ada jadwal book tour Flashes of Life di beberapa akun bookstagrammer dan book blogger.



    Kami pun sedang membuka pre-order tahap kedua untuk buku Flashes of Life. 



    Buku ini dibandrol harga Rp. 54.000,- saja dan akan siap di akhir Agustus. Pengiriman akan dilakukan dari kota Yogyakarta menggunakan ekspedisi Pos Indonesia.

    Order dilakukan via WhatsApp ke nomor berikut :
    Pulau Jawa : 0813-1858-5403
    Luar Jawa : 0812-1911-6312

    Selesai periode tersebut, kamu tetap bisa memesan langsung ke Stiletto Indie Book berikut ini
    http://www.stilettobook.com/flashes-of-life.html

    Info lengkapnya, bisa follow akun Instagram flashesoflife.book di
    https://www.instagram.com/flashesoflife.book/

    Semoga saya bisa segera menyusul menerbitkan novel solo, ya! Tahun ini biarlah Flashes of Life menjadi highlight pencapaian saya di separuh awal 2018. Ditunggu pesananmu, Kawans! Rasakan pengalaman berbeda membaca kumpulan cerita yang istimewa.

    Bab mana yang kira-kira paling menarik perhatianmu? Cerita di kolom Komentar, yuks!





    foto-foto: dok. flashesoflife.book

    Continue Reading
    Halo, Kawans!

    Sudah lama enggak isi blog, padahal banyak draft yang bisa dikembangin. Saya keteteran sama pekerjaan baru, proyekan promosi buku serta event, plus Ninjaboys yang makin sering menuntut perhatian. Jadilah saya kembali ngalong buat nulis. Untungnya ada sesi review rutin di salah satu komunitas menulis yang saya ikuti, jadi saya bisa ambil mentahan dari situ untuk dirapikan dan posting di sini.
    Kali ini, saya akan kembali mengulas film. Bukan film baru, tetapi ini adalah salah satu film romantis favorit dan enggak ragu buat menonton ulang beberapa kali. Siap ikut terhipnotis dan baper sama film keren ini?




    -----
    Judul : Begin Again
    Sutradara : John Carney
    Penulis skenario : John Carney
    Produser : Anthony Bregman, Tobin Armbrust, Judd Apatow
    Genre : drama, musikal
    Pemeran : Keira Knightley, Mark Ruffalo, Hailee Steinfeld, Adam Levine, James Corden


    Produksi : Exclusive Media, Sycamore Pictures, Black Label Media, Likely Story, Apatow Productions
    Distribusi : The Weinstein Company
    Durasi : 104 menit
    Rilis : September 2013 (Toronto International Film Festival), Juni 2014 (komersial)
    -----

    SINOPSIS

    Dan Mulligan (Mark Ruffalo) berada di titik terendah hidupnya. Pernikahannya nyaris kandas, kariernya di tepi jurang karena kebiasaannya menenggak miras terlalu banyak, dan ia benci setengah mati dengan kantornya. Sebagai produser musik di sebuah label ternama, Dan punya idealisme untuk mengasah musisi yang memang berbakat, bukan hanya demi kepentingan komersil belaka. Sayang, atasannya berpikiran lain.
    Di tengah frustrasinya, Dan bertemu dengan Gretta James (Keira Knightley) di sebuah pub kecil kota New York. Pertunjukan “open mic” Gretta tak mendapat perhatian penonton, kecuali Dan. Ia menangkap potensi dari musikalitas dan orisinilitas Si Gadis Inggris yang sepertinya belum sadar dirinya bisa menjadi bintang.

    Gretta, si musisi orisinil :)

    Dan mendekati Gretta dan menguak sebuah fakta mengejutkan. Gretta adalah mantan pacar Dave Kohl (Adam Levine), seorang penyanyi pria tampan yang sedang naik daun. Bahkan, lagu-lagu Dave banyak berasal dari tangan dingin Gretta sebagai pencipta lagu. Popularitas yang meroket membuat Dave berselingkuh, baik dari semangat asli musik yang diciptakannya bersama Gretta maupun dari komitmen hubungan mereka.

    Two talented musicians and (used to be) lovers, Gretta and Dave

    Gretta yang terpuruk, tadinya hendak kembali ke Inggris setelah menumpang tinggal bersama sahabatnya, Steve (James Corden). Namun, Dan mendesak Gretta untuk mencoba peruntungan menawarkan demo ke label tempatnya bekerja. Gretta menyanggupi, meskipun akhirnya kecewa karena lagi-lagi idealismenya berbenturan dengan selera pasar.

    BFF Gretta and Steve

    Akhirnya, Dan mengambil jalan sendiri. Ia menawari memproduseri album “indie” Gretta, dengan merekam lagu-lagu Gretta di seantero New York. Rekaman dilakukan secara sembunyi-sembunyi, melibatkan musisi-musisi non profesional yang direkrut mendadak, namun punya bakat luar biasa. 

    One of Gretta's recording session, in an alley!

    Dan bahkan mengajak putri remajanya, Violet (Hailee Steinfeld), yang sesungguhnya sedang tidak akur dengannya. Singkat kata, rekaman Gretta berlangsung lancar. 

    Dan and his rebellious yet lonely daughter, Violet
    Tiba-tiba, Dave pun muncul kembali. Ia memohon maaf dan meminta Gretta untuk kembali berhubungan dengannya. Dilema menerpa hati Gretta, apakah semua ini “too good to be true” untuknya? Apa yang akhirnya Gretta pilih untuk menjalani akhir bahagia versinya? Bagaimana dengan Dan, apakah Gretta menjadi lebih dari sekadar titik balik dan kebangkitannya?

    Do they have that other kind of attraction?

    -----

    ULASAN

    Bisa dibilang, Begin Again adalah salah satu film favorit saya dari genre musikal. John Carney sendiri dapat dikatakan sebagai spesialis pembuat film genre musikal modern yang ceritanya tidak “menye-menye” menurut saya.
    Seperti biasa, Mark Ruffalo membuktikan bahwa kapasitasnya sebagai aktor “rom-com” memang lebih bersinar ketimbang berakting murka dalam kulit hijau dan badan raksasa di rentetan film Marvel atau si keturunan pesulap brilian di Now You See Me. Beberapa film romantisnya seperti Just Like Heaven, 13 Going on 30, dan peran pembantu di salah satu film patah hati terbaik, Eternal Sunshine of the Spotless Mind, semuanya begitu adorable.
    Sayangnya, akting Keira Knightley dan Adam Levine kurang bisa mengimbangi Mark. Mereka berdua tertolong oleh muka rupawan, busana keren, dan ya, suara yang membuai. Setidaknya, ada lagu “Lost Stars” yang dinyanyikan keduanya dalam versi berbeda, sama-sama enak didengar dan liriknya menusuk sampai ke kalbu! Tak salah jika Lost Stars masuk ke dalam nominasi Lagu Terbaik di ajang Academy Awards 2015 lalu.





    Hailee Steinfeld dan James Corden, di lain hal, mampu memberikan akting baik, meskipun menit penampilan mereka tak banyak. Karakter Violet dan Steve tergambar jelas serta menarik perhatian, teringat terus walaupun film telah usai. 
    Jika bingung siapa dua orang yang saya sebut ini, Hailee Steinfeld turut berperan dalam dua film Pitch Perfect, sebagai Emily Junk, si freshman berbakat. Juga bisa kita temukan aktingnya dalam film Ender's Game sebagai Petra Arkanian dan bakal menjadi pemeran utama di film spin-off Transformers, Bumblebee yang rilis tahun ini.
    Sedangkan James Corden, bisa kamu cek sebagai host The Late Late Show dengan segmen hits The Carpool Karaoke. Terakhir, aktor komedi dan dubber animasi asal Inggris ini juga berperan di film Ocean's 8. Kalau pengisi suara, Corden ikut serta di film Trolls, Peter Rabbit, dan The Emoji Movie.
    Kota New York yang dijadikan latar utama film ini, mengambil tempat-tempat yang memberikan kesan “hangat” dari Si “Big Apple di musim panas. Rekaman-rekaman lagu Gretta mengambil berbagai lokasi, mulai dari perahu di Central Park, pelataran Washington Square Gardens, stasiun kereta bawah tanah Manhattan, dan beberapa tempat lainnya.
    Adegan favorit saya adalah ketika Dan dan Gretta berbagi “headphone”, mengambil lagu-lagu jadul dari pemutar musik Gretta. Ada lagu Frank Sinatra, Stevie Wonder, dan soundtrack film Casablanca. Sambil berjalan-jalan di Times Square dan masuk pula ke sebuah klab malam, berjoget dengan lagu berbeda dari pengunjung lainnya.

    Tentu saja, sebagai film musikal, tak lengkap kalau tak membahas deretan lagu keren pengisi soundtrack Begin Again. Gregg Alexander, eks vokalis band New Radicals (dulu populer dengan lagu ‘You Get What You Give’ dan ‘Someday We’ll Know’), adalah penanggung jawab dari musik keren dalam film Begin Again. Semua lagu di album soundtrack Begin Again mantap jaya dan harus kamu dengarkan lengkap!
    Begin Again mengantarkan pesan mengenai mengejar mimpi dan bangkit dari keterpurukan. Ditambah sebuah pengingat bahwa dunia mungkin saja akan berjalan tidak sesuai kemauan kita, namun selalu ada kesempatan untuk mengambil pilihan yang tak biasa, apa pun risikonya.

    pic from Trendsmap

    Seperti kata Dan, musik mampu menciptakan “mutiara yang indah” dari situasi sedangkal apapun. Musik pula yang membuat saya gemar memutar ulang film ini demi meresapi setiap nada yang mewarnai adegan-adegan berkesannya.
    Saya memberi nilai delapan dari skala sepuluh untuk film Begin Again. 









    A must watch, indeed!

    All scene photos from IMDB website


    Continue Reading



    Halo, Kawans!

    Biasanya, saya dan Asti memilih topik Battle of the 90’s atas preferensi pribadi. Kali ini, karena lagi heboh sebuah fenomena yang bikin kita antara pengin julid, enggak habis pikir, sekaligus ngakak sampai Madagaskar, yaitu meledaknya seorang sosok abege kinyis bernama BOWO ALPENLIEBE!

    Buat yang masih melongo alias enggak mudeng, saya jelasin dulu, nih. Tiktok adalah sebuah aplikasi ngeksis yang lagi hits di kalangan anak kinyis. Lewat Tiktok, kita bisa rekam aksi kita joget, nyanyi, atau performance plus pakai lagu ya. Saya pribadi enggak punya akun Tiktok dan sampai saat ini belum niat ngerekam apa pun di aplikasi ini.

    Dari unggahan yang bersliweran di linimasa, post Tiktok ini unik-unik sih (bahasa halus dari ‘kacrut’ hahaha!). Kebanyakan saya malah ngelus dada atau megangin perut yang kram, saking banyak makhluk absurd goyang-goyang beraksi.

    Nah, dari sekian banyak artis Tiktok dadakan ini, ada seorang cowok kinyis yang lagi merebut perhatian. Nickname-nya Bowo Alpenliebe. Jangan tanya kenapa nama permen itu yang diambil, mungkin emang doi doyan hehehe.

    Mau tahu penampakan cowok tiga belas tahun bernama asli Prabowo Mondardo ini?

    Si Bowo Alpenliebe yang femes itu loch
    pic : IDN Times

     
    Artikel tentang Bowo Alpenliebe lebih lengkap, kamu baca langsung aja di IDN Times ini, ya!

    Bagian yang bikin ngakak itu pas saya baca ada acara-acara meet and greet yang mengenakan sejumlah biaya untuk bertemu Dek Bowo ini. Salah satunya, pakai deskripsi, bisa foto bareng dan pegangan tangan! Enggak cukup sampai situ, para penggemar Dek Bowo ini ada yang mengeluarkan pernyataan yang goks abis. Misalnya, rela hilang keperawanan, tak peduli soal status di akhirat nanti,  sampai mau bikin agama baru bernama Bowo lengkap dengan nabi dan rasulnya! Serem mampus!

    Muka langsung horor kaya Patrick lihat SS-nya fans Bowo Alp
    Pic : knowyourmeme

    Geleng-geleng kepala sih melihat kelakuan ajaib para pecinta Bowo Alpenliebe yang notabene masih pada bau kencur ini. Tapi, coba deh inget lagi masa kita jadi abege belum mletek seperti ini. Ada dong idola-idola yang bikin kita histeris, para cowok kinyis yang pesonanya enggak abis-abis?

    Nah, kalau Asti membahas para heart-throb bule, saya akan bahas versi lokalnya. Inilah lima cowok kinyis yang sontak bikin cewek cilik histeris di era 90-an.



    1.  Bondan Prakoso

    Lagu anak legendaris tentang si mamalia laut nan cerdik dan lincah, Lumba-lumba, takkan jadi populer tanpa cowok yang satu ini. Penyanyi kelahiran 8 Mei 1984 ini sudah aktif bermusik sejak usia balita. Gayanya enerjik dan wajahnya tergolong rupawan, terdepan di antara beberapa penyanyi cilik seangkatannya.

    Bondan Prakoso kicik dan gede
    Pic : Kapanlagi Musik


    Sayang, sempat pula ia diterpa gosip miring di sekitar tahun 1995. Bondan dituding menghamili sesama artis cilik, Enno Lerian, melalui sebuah perkosaan di belakang panggung. Kabar ini tergolong bombastis dan menurut saya, sadis banget, apalagi keduanya masih belia sekitar usia 11-12 tahun.
    Namun, seiring gosip jahat itu surut, Bondan pun merambah dunia anak band di masa remajanya dengan menjadi basis Funky Kopral. Di band yang menggabungkan unsur funk dan rock (yah, mirip-mirip musiknya Red Hot Chilli Peppers), Bondan menciptakan imej baru. Hingga berlanjut di era 2000-an dengan kolaborasi bersama Fade 2 Black, sebuah grup rap.


    2. Eza Yayang

    Demam Jacko, alias Michael Jackson yang melanda di era 80-an dan awal 90-an rupanya menular juga pada artis cilik Tanah Air. Sebut saja cowok kelahiran 19 Februari 1982 ini, Eza Yayang. Kegemarannya menampilkan tarian break dance dan meniru sang idola, King of Pop, Michael Jackson, membawanya menjadi cowok cilik dengan tampilan ciamik. Apalah popularitas Bowo Alpenliebe, Eza Yayang sudah sampai diundang ke luar negeri. Ia juga mendapat semacam penghargaan dari Jacko sendiri lewat salah satu badan PBB, UNICEF.

    Eza Yayang dan Agnes Monica, the dynamic duo
    Pic : Youtube

    Salah satu duet terkenal Eza adalah lagu Yesss bersama Agnes Monica. Kalau tidak salah, aksi video klipnya pun sampai gelantungan pakai sling! Luar biasa lah untuk ukuran artis cilik masa lampau!
    Beranjak dewasa, Eza sempat membentuk band bersama kakaknya, Adam, dengan nama D.O.T. Kini, kita mengenal Eza lewat perannya sebagai Rojak di serial Tukang Ojek Pengkolan


    3. Yoga Pratama

    Dari seni peran, ada aktor cilik yang ngegemesin satu ini. Saya malah kenal cowok kelahiran 18 November 1983 ini dari film-film Warkop DKI. Yoga Pratama memang membintangi beberapa film komedi dewasa itu di awal dekade 90-an. Sebut saja, Bisa Naik Bisa Turun, Masuk Kena Keluar Kena, dan Bebas Aturan Main. Yoga juga merambah dunia presenter dan kepiawaiannya membawakan acara Pesta Ceria menghadirkan sebuah penghargaan Panasonic Award di tahun 1997.

    Yoga Pratama kecil, cute banget!
    Pic : IDN Times

    Di usia dewasa, Yoga masih setia berakting. Salah satu prestasi gemilangnya adalah meraih Piala Citra tahun 2008 kategori Aktor Pendukung Terbaik lewat film 3 Doa 3 Cinta. Dua tahun terakhir, Yoga berperan dalam film berkualitas, yaitu Marlina Pembunuh dalam Empat Babak dan LIMA. Sebuah bukti keseriusannya yang selektif memilih peran.


    4. Joshua Suherman

    Artis cilik serba bisa di era 90-an, pastilah akan teringat si cilik pede selangit yang satu ini, Joshua Suherman. Joshua, cowok kelahiran 3 November 1992 ini, memulai kariernya sebagai penyanyi cilik di usia sangat muda. Tahun 1995 dengan kemampuan bicara saja masih terbata-bata, ia sudah percaya diri menelurkan album dengan lagu Cit Cit Cuit sebagai pentolan. Namun, album yang paling meledak adalah Air, di tahun 1999. Jargon “diobok-obok” terus melekat sampai kini. Plus tentu saja rekan di video klipnya yang tersohor, Mas Tukul Arwana alias Rey Rey Reynaldi!

    Jojo si multitalenta cilik
    Pic : Bintang

    Jojo, panggilan akrabnya, juga merambah dunia sinetron dan film, terutama di era 2000-an. Di masa dewasanya, Jojo nyaman dengan pembawaan guyon dan peran komedi. Termasuk ikut dalam komedi situasi Comic Story bersama beberapa komika ternama, seperti Babe Cabita, Arie Kriting, dan Ge Pamungkas.


    5. Abiem Ngesti

    Yang satu ini mungkin paling mind blow on kalau pinjam istilahnya webtoon Tahilalats. Sadar enggak kalau di Indonesia, bukan hanya ada Raja dan Ratu Dangdut, tetapi pernah juga ada Pangeran Dangdut? Well, jangan bayangkan cowok artistokrat macam William dan Harry di Britania sana, ya!
    Nama cowok ini, Abiem Ngesti. Lahir 30 Oktober 1978, karier cemerlangnya sayang tidak bertahan lama. Rilis album Pangeran Dangdut di tahun 1992, hanya tiga tahun berselang, hidup Abiem berakhir tragis pada sebuah tragedi kecelakaan lalu lintas di ruas jalan tol Jakarta-Cikampek.

    Abiem Ngesti (alm.), The Prince of Dangdut
    Pic : kasetlalu

    Ciri khas Abiem adalah rock-dut alias dangdut yang berpadu dengan musik rock. Sebelum Alam ‘Embah Dukun’ berkoar-koar sebagai pengusung genre ini, Abiem telah lebih dulu mengguncang blantika musik Tanah Air di dekade sebelumnya. Total dalam tiga tahun kariernya, Abiem berhasil menghasilkan sebelas album. Salah satu faktor kesuksesannya adalah berkat tangan dingin sang ayah, Wiwien Ngesti dalam mengarahkan putranya ini. Aneka penghargaan pun berhasil diraih sebagai prestasi, sebut saja HDX Awards dan Anugerah Dangdut TPI.
    Rest in peace, Prince of Dangdut!


    Dari daftar di atas, kita bisa simpulkan. Seseorang wajar saja dielu-elukan menjadi idola. Namun, lebih bagus lagi jika bukan hanya beragam gaya yang disuguhkan atau angka followers di media sosial. Prestasi nyata dan pengakuan dari forum terpercaya akan mengukuhkan popularitas menjadi sebuah tapak legenda, bukan koar-koar tanpa isi belaka.

    Siapakah cowok cilik atau remaja favoritmu di era 90-an dulu? Ceritakan di kolom Komentar, yuks!






    Continue Reading
    Newer
    Stories
    Older
    Stories

    Who's Winda?

    My photo
    winda reds
    silly geeky newbie writer | a big fan of the 90's | can't resist cute cats, British accents and guys with geeky glasses
    View my complete profile

    Back to the 90's Battle

    Back to the 90's Battle
    Karena era 90-an terlalu manis untuk dilupakan

    Medsos Mamah Merah

    • facebook
    • instagram
    • twitter
    • linkedin
    • wattpad
    • storial

    Labels

    90sbattle backto90s books comics fiction movies music non fiction TV webtoon winda says

    Blog Archive

    • April 2020 (1)
    • September 2018 (2)
    • August 2018 (2)
    • July 2018 (3)
    • June 2018 (3)
    • May 2018 (3)
    • April 2018 (5)
    • March 2018 (4)
    • February 2018 (5)

    Popular Posts

    • Up in the Air - Ketika Tiga Generasi Berjalan Mencari Jati Diri
    • We are Pharmacists - Webtoon Nostalgia Anak Farmasi

    Most Popular

    • Up in the Air - Ketika Tiga Generasi Berjalan Mencari Jati Diri
    • We are Pharmacists - Webtoon Nostalgia Anak Farmasi

    Created with by BeautyTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates

    Back to top