Powered by Blogger.

Pages

  • Home
  • Meet Winda Reds
  • Books
  • Comics
  • Movies
  • TV
  • Winda Says
  • Back to 90s

Mrs. Redsview




  • Halo, Kawans!

    Sudah lama saya tidak mengulas buku, meskipun sebenarnya kebiasaan membaca minimal satu buku per minggu masih saya pertahankan. Kali ini, saya akan kembali membuat ulasan buku dan lebih mengejutkan lagi, buku yang akan saya bukan novel atau cerita fiksi. Tidak seperti buku nonfiksi kebanyakan yang sering membuat saya mengantuk, buku ini justru membuat saya sibuk senam muka alias tertawa terpingkal-pingkal di banyak bagian.

    Sedikit mengulang pembahasan tentang diri saya (jangan bosan bacanya ya, Kakak!), sejak kecil saya sudah dicekoki oleh segala macam lawak dan dagelan dalam negeri. Selain Warkop DKI, junjungan lelucon saya adalah grup Srimulat. Bahkan, menurut cerita Mamah, ia bersama almarhum Papah menghabiskan masa pacaran dengan menonton pentas Srimulat di Taman Ria Remaja Senayan hampir setiap malam Minggu! Ditambah latar belakang alm. Papah yang berdarah Jawa, maka tak heran Srimulat sering berkumandang di rumah, baik dalam bentuk kaset lawak maupun siaran televisi.

    Sewaktu ada akun @srimulatism di ranah Twitter pada tahun 2011 pun, saya langsung sigap mengikuti. Girang sekali rasanya begitu tahu, akhirnya muncul buku yang khusus mengulas soal grup lawak legendaris ini. Apalagi format bukunya ringan, namun cukup rinci mengupas sejarah Srimulat dan banyak bonus lain yang mengundang gerrr habis-habisan. Simak ulasan saya kemarin kram perut usai menuntaskan buku ini dalam satu hari saja.

    -----

    Judul buku : Srimulatism – Selamatkan Indonesia dengan Tawa
    Genre : humor, nonfiksi
    Penulis : Thrio Haryanto
    Penyunting : Dyota Lakhsmi, Novikasari Eka S. 
    Ilustrasi : Pinot dan Hari Prast
    Perancang sampul : Hari Prast

    Penerbit : Penerbit Noura (PT. Mizan Publika), Jakarta
    Cetakan : 1, Maret 2018
    Tebal : 188 halaman
    ISBN : 9-786023-854011
    Harga : Rp. 49.000 (berlaku di Pulau Jawa)

    -----

    BLURB

    Srimulat bukan sekadar komedi. Kreativitas, kerja keras, nilai kekeluargaan, dan semangat pantang menyerah menjadi kunci sukses kelompok ini dalam berkarya hingga lebih dari lima dekade. Bahkan, meski sudah dinyatakan bubar; lawakannya masih bertahan, menjadi genre tersendiri, hingga kita pun sering berucap, “Srimulat banget sih.”

    Sungguh menarik menjelajahi pakem-pakem, nilai, dan aturan tak tertulis – Srimulatologi – yang dianut kelompok ini. Selain itu, bersiaplah menahan tawa dengan lawakan Srimulat, sekaligus terinspirasi kisah-kisah tak terduga di balik layarnya.

    -----

    APA KATA SAYA TENTANG ISI BUKU INI?

    Selain kata pengantar, profil penulis, dan daftar referensi, ada empat belas bab yang dituangkan dalam buku Srimulatism. Keempat belas bab tersebut mengulik sejarah Srimulat, mulai dari kehidupan awal Raden Ayu (R.A.) Sri Mulat di masa dewasa muda hingga apa saja warisan grup Srimulat yang tak lekang oleh waktu hingga kini.

    Ada dua tokoh besar di balik terbentuknya Srimulat, yaitu  pasangan suami istri R.A. Sri Mulat, seorang wanita berdarah biru asal Kawedanan Bekonang. Sukoharjo, Jawa Tengah dan Teguh, seorang musisi muda keturunan Tionghoa yang berbeda 18 tahun lebih muda dari sang istri.

    Sri Mulat meninggalkan statusnya di kalangan atas dan menekuni passion-nya di dunia seni. Ia menjelma menjadi seorang biduanita bersuara emas dan menjajal peruntungan akting di layar perak. Popularitasnya meroket dan sempat menikah-cerai beberapa kali, sebelum akhirnya hatinya tertambat pada seorang gitaris muda dari Klaten, Teguh.

    Mendiang pasangan Pak Teguh dan Bu Sri Mulat
    pic : twitter @srimulatism


    Eits, jangan asal berpikir kalau Pak Teguh ini cuma brondong yang mencari sugar mommy untuk memuluskan kariernya, ya!

    Pak Teguh justru merupakan peletak dasar Srimulat sebagai kelompok hiburan yang identik dengan lawak. Sebelumnya, Srimulat lebih condong sebagai grup musik keroncong. Segmen dagelan awalnya merupakan program sisipan yang ditampilkan sebagai pengisi jeda saat pertunjukkan supaya penonton tidak jemu menunggu penampil keroncong.

    Di luar dugaan, segmen humor ini malah lebih mencuat dan selanjutnya menjadi proyek serius yang ditekuni oleh Pak Teguh. Ia pun menyuguhkan gebrakan demi gebrakan dengan memasukkan konten-konten Barat yang sedang hits, seperti parodi film asing, tokoh drakula, termasuk judul pementasan yang memakai bahasa Inggris (jauh sebelum anak Jaksel gayanya keminggris!)

    Selain perjalanan secara kelompok, buku Srimulatism juga menampilkan kisah beberapa legenda hidup Srimulat, seperti Gepeng, Asmuni, sampai sepak terjang Gogon – yang biasanya tampil seperti anak bawang, namun ternyata punya semangat luar biasa ketika mempersiapkan sebuah pertunjukkan akbar.

    Ada bagian yang sangat mengiris hati saya, yaitu ketika diceritakan beberapa personel Srimulat yang merasa sudah populer, memutuskan untung hengkang dan menyebabkan pentas Srimulat menjadi sepi. Namun, pada akhirnya para personel ini akhirnya kembali kepada grup yang sudah membesarkan nama mereka, termasuk Gepeng yang sempat tersandung kasus kepemilikan senjata api ilegal dan hidupnya berubah drastis dari kaya raya hingga kembali morat-marit.

    Nah, yang jadi favorit saya, buku ini tidak melulu menampilkan kisah-kisah historis dan nostalgia. Sebagai penyeimbang, pada setiap bab ada bagian yang memuat contoh skenario cerita pementasan dan kumpulan anekdot khas Srimulat, lengkap dengan keterangan siapa yang ada dalam dialog tersebut. Bagian inilah yang membuat saya sangat betah membaca, sampai meluangkan terbahak-bahak sebelum membalik halaman.

    Memang deh, saya ini lemah banget sama jokes receh!

    Saya kasih bocoran beberapa leluconnya, nih!

    ***

    Halaman 67 :
    Mamiek : Nung, kamu itu cantik luar dalam.
    Nunung : Ah, masa, sih?
    Mamiek : Iya, tapi lebih cantik kalau di dalam.
    Nunung : Di dalam apa?
    Mamiek : Kegelapan!

    Halaman 93 :
    Tarsan : Pak Asmuniiiii .... Apa kabar?
    Asmuni : Alhamdulillah, sehat wal-Accord!
    Tarsan : Kok Accord?
    Asmuni : Fiat-nya sudah saya jual!
    (keterangan : Accord dan Fiat yang dimaksud adalah merek mobil)

    Halaman 127 :
    Gepeng (monolog) : Saya ini kerja sama Pak Asmuni sudah lama. Awalnya, cuma jadi pelayan. Kemudian, saya diangkat menjadi Kepala Bagian Keuangan. Khusus, ngurusin uang kerokan!


    ***


    Duh, kalau kamu enggak tertawa, mohon maaf berarti kita adalah spesies makhluk berbeda hahaha! *tutup muka ketahuan selera humor yang super ambyar*

    Secara kepenulisan, saya cukup menikmati penuturan Mas Thrio (yang juga menjadi tokoh di balik layar akun @srimulatism) terhadap segala kisah penyusun sejarah Srimulat. Meskipun banyak istilah dan kosakata dalam bahasa Jawa yang bertebaran, namun keterangan di catatan kaki sangat membantu saya untuk memahami maksudnya. Lagipula, bahasa Jawa memang sudah begitu lekat dengan citra Srimulat, sehingga nyaris tak mungkin meninggalkannya, termasuk saat menulis buku ini.

    Foto-foto yang dicantumkan di dalam buku pun tergolong cukup jelas, walaupun merupakan dokumentasi lama dan spesial, dicetak dalam warna hitam-putih. Ditambah ilustrasi-ilustrasi memikat dari Pinot (iya, ini Om Pinot ilustrator keren yang sekarang kerja di perusahaannya Babeh Gary Vee itu!) dan Hari Prast, memanjakan mata saya. Dengan tebal 188 halaman saja dan pilihan serta ukuran huruf yang cukup besar (jadi mata saya tidak cepat lelah), saya mudah menamatkan buku ini di kisaran 2-3 jam dengan kecepatan membaca santai.

    Pilihan warna biru dan kuning untuk sampul seperti menyentil saya akan dua sisi dari Srimulat. Kuning nan ceria dari kesegaran humornya dan biru sebagai reprentasi kebijakan yang tersemat dalam prinsip lawakan mereka yang bukan sekadar “asal omong”.

    Mengutip kata-kata mendiang Pak Teguh, saya mengamini pernyataan beliau :

    “Segala sesuatu dapat dikomedikan. Masalahnya adalah tega atau tidak, tepat atau tidak.”

    Di tengah sensitifnya negeri ini, mengenang kembali kemeriahan canda dan gelak tawa bersama Srimulat begitu mengademkan hati. Misi menyelamatkan Indonesia dengan tawa melalui cara yang tidak melukai hati atau menjadikan kedukaan serta kelemahan orang lain sebagai bahan lelucon – atau populer dengan istilah mikul dhuwur, mendhem jero – adalah sebuah keinginan mulia yang saya dukung seratus persen!

    Keputusan akhir, saya memberikan 9 dari 10 bintang untuk buku Srimulatism. 



    Siapkan satu hari untuk menciptakan suasana gembira dengan para laskar tawa legenda ini! 



    Continue Reading



    Halo, Kawans!

    Setelah vakum beberapa lama, Back to the 90’s Battle setor muka lagi, nih! Sebagai tukang jajan, enggak lengkap kalau topik jajanan favorit era 90-an lewat dari bahasan.

    Seperti biasa, saya akan mulai meracau dengan kisah gimana Winda kecil suka jajan dan ngemil, walaupun badan kerempeng. Orang tua saya melihat bakat memamah biak pada kedua anaknya – saya dan Radit, adik laki-laki yang cuma selisih satu tahun sama saya – mengalir deras. Nah, ada satu lemari di rumah yang jadi brankas harta karun, alias isinya segala macam camilan, bersebelahan dengan kulkas kecil yang isinya macam-macam susu kotak dan minuman kemasan.

    Lupakan gaya hidup sehat, pantas banget saya super pecicilan. Baru sadar, kayanya dulu kecil itu saya sugar rush setiap hari hihihihi! Tapi, saya masih termasuk bisa mengontrol soal jajan. Karena emang dasarnya udah control freak dari kecil, rasanya kalo enggak sesuai standar dan jadwal, saya bisa uring-uringan sendiri deh!

    via GIPHY

    Selain punya lemari camilan, saya juga doyan menjelajahi warung. Saya coba berbagai jajanan, meskipun diam-diam. Maklum, nyokap biasanya suka wanti-wanti jangan asal jajan. Isu jajanan yang dulu sempat hits, salah satunya tentang biskuit beracun dan permen narkoba. Berhubung dulu belum marak acara TV yang temanya investigasi (dengan suara pelaku disamarin kaya tikus mencicit atau sekalian kaya robot), jadi berita-berita begini palingan “viral” di koran dan majalah aja.

    Nah, masuk ke bahasan. Saya dan Asti sempat berdiskusi soal jajanan macam apa yang akan dibahas, supaya fokus. Akhirnya, pilihan jatuh pada sweets, alias snack manis-manis. Saya akan bahas snack cokelat dan Asti bahas aneka permen yang ngetop di dekade 90-an.

    Saya sudah membaginya ke dalam lima kategori besar. Beberapa ada yang sudah hilang dari peredaran, sisanya masih bisa kita temui walaupun sudah lewat dua dasawarsa. Coba cari, adakah merek favoritmu di daftar ini!


    1. Wafer dan stik krenyes-krenyes

    Dari segala macam jajanan cokelat, yang paling menarik hati saya adalah wafer! Saya seneng banget sama suara ‘KRESSS’ yang mengikuti setiap menggigitnya. Yah, walaupun si remah-remah sering ikut bertebaran dan nambahin peer bebersih.

    Wafer yang paling legendaris tentu saja, Wafer Superman! Sekarang sih namanya udah ganti jadi wafer Superstar. Disebut Superman karena ada gambar tokoh serupa Superman di bagian depan bungkusnya. Sempet sedih karena wafer ini mengalami penyusutan ukuran dan ada masanya ia hilang, sekarang dengan merek baru, bentuknya langsing panjang. Anak-anak saya pun menjadi generasi penggemar wafer ini selanjutnya.

    wafer superman vs wafer superstar
    pic : idn times

     
    Wafer kedua yang sekarang makin bervariasi jenis produknya adalah Beng-beng. Berbeda dengan wafer Superman, Beng-beng menawarkan tekstur berbeda. Gabungan antara cokelat, crunchy, dan ada tekstur lengket chooey karamel bikin Beng-beng punya daya tarik bikin nagih! Kalau ingat pula iklannya (yang ambigu karena adegan cewek dan cowok remaja makan satu Beng-beng berdua, ala-ala mau ciuman), ada slogan “Asyik Berat!” yang disematkan. Kini, Beng-beng punya ukuran mini dan ada pula minuman cokelat seduhnya.

    Bengbeng jadul
    pic : mbakyumalang on blogspot


    Beralih ke stik rasa cokelat, ada Si Stik Loreng Bungkus Merah yang tak terganti di hati, Astor. Banyak stik loreng KW sejenis dengan nama mirip-mirip, tetapi kualitas dan rasa enggak bisa ngalahin aslinya, dong! Bagian paling mengasyikkan dari makan Astor, buat saya adalah ngemilin remahan atau bubukannya! Apalagi kalau kemasan kaleng, bisa saya kekep sendiri deh hehehe!

    Astor jadul
    pic : monster bego on blogspot


    Dan, ini dia yang paling saya kangenin, stik rasa cokelat terenak, Chiki Stick. Percayalah, kalo kamu udah cobain stick lapis cokelat dengan tiga varian rasa, cokelat, stroberi, dan lemon, kamu bakal bilang : 

    Momogi is sooooo overrated! 

    chiki stick yang saya kangenin banget
    pic : azizah laurensia on wordpress

    Cokelat stroberi favorit saya, di lidah menggabungkan rasa paling pas dan enggak enek!




    2. Pasta cokelat lezat

    Pindah ke jenis cokelat favorit selanjutnya, pasta cokelat! Otak saya langsung teringat dua merek ini lah!

    Pertama, siapa enggak kenal yang panjaaaang dan laaaamaaa, Choki-choki! Seperti halnya wafer Superman, Choki-choki adalah merek snack cokelat yang jadi ikon jajanan sejak lama dan awet bertahan hingga sekarang. Kedua jagoan saya juga menggandrungi cokelat ini, apalagi sekarang dibandrol dengan bonus kartu-kartu mainan.

    Choki-choki jadul
    pic : kapanlagi

     
    Kedua, ada cokelat pasta dalam cup kecil dan makannya kudu disendokin, Choyo-choyo. Ada tambahan rasa dan warna berbeda dalam variannya, selain warna dasar cokelat dan putih – merah muda, kuning, dan hijau. Ada yang menyebutnya rainbow chocolate dan produsennya sama seperti  permen karet Yosan, ditandai dengan ikon kartun yang sama.

    choyo choyo si cokelat pelangi
    pic : elevenia


    Seperti biasa, favorit saya yang ada stroberinya hehehe. Sendoknya kecil banget dan kalo dipikir, si pewarna serta bahan plastik sendoknya entah aman atau enggak. Tapi namanya jajanan, hajar bleh aja lah sikat!


    3. Cokelat batang murah dan bentuk unik

    Jenis ketiga adalah cokelat batangan nan keras dengan harga murah. Merek pertama juga menjadi ikon cokelat harga terjangkau yang membekas dalam kenangan, Cokelat Jago. Bungkus cokelat rasa susu ini sederhana. Warna merah putihnya ikonik banget (mungkin ada juga yang menghubungkan dengan nasionalisme Tanah Air) dan lambang ayam jantan sebagai penguatan nama mereknya. 

    cokelat jago
    pic : kompasiana

    Cokelat ini buat saya enggak bikin enek. Masih otentik rasa cokelat jadul sehingga menyenangkan untuk disantap sampai sekarang. Porsinya juga pas, enggak tergolong besar.

    Berikutnya, ada beberapa cokelat batang yang dikemas dalam bentuk unik. Ingatkah kamu dengan trio cokelat ini : cokelat koin, cokelat payung, dan cokelat rokok? 

    cokelat koin
    pic : twitter

    cokelat payung
    pic : tokopedia

    cokelat rokok
    pic : bukalapak

    Ketiganya selalu dicari setiap ada bingkisan ulang tahun hehehe. Selain dimakan, cokelat bentuk tak biasa ini dijadikan alat bermain pula. Paling epik tentu saja cokelat rokok yang diem-diem suka menyalurkan gaya meniru bapak-bapak ngerokok oleh anak-anak cowok. Tapi, jangan nekat ngebakar ya! Nanti malah meleleh, sayang dong!


    4. Bulat-bulat gemesin

    Cokelat bulat seperti bola begitu menggemaskan di mata saya. Ada dua merek yang paling nempel dalam kenangan. Pertama, tentu saja kesukaan anak Indonesia, Chiki Balls! Varian rasa manis di antara dua rasa asin, Ayam dan Keju, menitipkan cita rasa tersendiri. Kriuk-kriuk krenyes yang muncul saat kita mengunyah Chiki Balls jadi bagian ternikmat setiap memakannya. 

    chiki balls cokelat curah
    pic : bukalapak

    Kalau kamu masih susah lepas dari Chiki Balls cokelat, cari deh di lapak-lapak online, banyak kok yang jual dalam kemasan curah dengan isi mulai seperempat kilogram.

    Kedua, mungkin kamu lupa, saya sendiri kaget waktu menemukan di sebuah lapak jajanan jadul di kawasan Bandung Indah Plaza. Namanya Winball Chocolate. 

    winball chocolate
    pic : monarrefoodcompany

    Bola biskuit berlapis cokelat ini dikemas dalam sachet bening dengan aksen warna emas. Kesannya memang lebih mewah. Cokelatnya enggak terlalu manis, seperti selera kesukaan saya dan crunchy adonan biskuitnya juga pas serta enggak banyak beremah.


    5. Yang elit harga melangit

    Sebagai penutup, mari bahas tiga merek cokelat pembolong kantung dan hanya diharap diberikan saat ulang tahun atau bongkar parsel kantor orang tua kita.

    Merek pertama, Cadbury, jadi tolok ukur saya waktu kecil sebagai cokelat yang “wow”. Pasti deh setiap parsel bakal ada satu set cokelat Cadbury. Yang jadi sasaran saya sih milk chocolate, karena saya anti banget sama kacang-kacangan dan kismis. Males makan cokelat yang pakai acara potongan kacang nyelip di gigi, hedeh!

    cokelat cadbury masa kini
    pic : harga joss


    Selanjutnya, siapa tak kenal Toblerone? Amsyiong dah kalo pas ospek, kamu kedapetan harus kasih kado kakak senior cokelat ini lengkap dengan surat cinta abal-abal! Udahlah harganya mahal, entah kenapa, lidah saya enggak doyan sama cokelat ini. Ciri khasnya memang pada komposisi nougat, almond, dan rasa manis madu, dikawinkan dengan cokelat Swiss. Apa lidah saya emang ndeso, jadi cokelat internesyenel begini malah mental *tutup muka*

    toblerone yang jadi langganan tugas ospek
    pic : suaradotcom

    Last but not least, ada cokelat yang hits di kalangan remaja Indonesia 90-an, Silverqueen. Harganya tergolong lebih murah dari Cadbury dan Toblerone. Namun, karena sasarannya memang remaja, buat anak SD harganya tergolong mahal. Silverqueen bisa dibilang jadi syarat pergaulan (dan hadiah pacaran) remaja 90-an, lo!

    silverqueen idola remaja
    pic : hargacepatdotcom


    Iklannya pun terkenal banget dengan lirik catchy :

    Santai belum santai, tanpa dia
    Cokelat mede lezat, oh Silverqueen

    Silverqueen belakangan mengeluarkan banyak banget produk cokelat seperti Chunky Bar, Bites, dan Rock’R; namun varian asli tetap jadi pilihan utama banyak pembeli yang telanjur kepincut sejak masa muda.


    Masih banyak banget jajanan rasa cokelat di pasaran era 90-an dulu dan mungkin saja belum saya sebutkan dalam daftar.



    via GIPHY

    Cerita dong, kalo kamu paling suka sama jajanan cokelat yang mana? Lengkapin daftar ini juga boleh banget. Share di kolom Komentar, yuks!




    Continue Reading
    Newer
    Stories
    Older
    Stories

    Who's Winda?

    My photo
    winda reds
    silly geeky newbie writer | a big fan of the 90's | can't resist cute cats, British accents and guys with geeky glasses
    View my complete profile

    Back to the 90's Battle

    Back to the 90's Battle
    Karena era 90-an terlalu manis untuk dilupakan

    Medsos Mamah Merah

    • facebook
    • instagram
    • twitter
    • linkedin
    • wattpad
    • storial

    Labels

    90sbattle backto90s books comics fiction movies music non fiction TV webtoon winda says

    Blog Archive

    • April 2020 (1)
    • September 2018 (2)
    • August 2018 (2)
    • July 2018 (3)
    • June 2018 (3)
    • May 2018 (3)
    • April 2018 (5)
    • March 2018 (4)
    • February 2018 (5)

    Popular Posts

    • Up in the Air - Ketika Tiga Generasi Berjalan Mencari Jati Diri
    • We are Pharmacists - Webtoon Nostalgia Anak Farmasi

    Most Popular

    • Up in the Air - Ketika Tiga Generasi Berjalan Mencari Jati Diri
    • We are Pharmacists - Webtoon Nostalgia Anak Farmasi

    Created with by BeautyTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates

    Back to top